Nikmatnya Kagak Sholat

Shalat memang biasa bagi ummat muslim. Bukan hal yang tabu untuk dilaksanakan, berdiri, rukuk, sujud, dan salam dilanjut dzikir dan doa. Tapi apakah shalatnya benar-benar shalat atau sekedar shalat saja?

Masih beruntung orang yang masih inget dengan shalat, lah ini, udah mah dinobatkan sebagai muslim, tapi shalatpun enggan. Jangankan enggan, gerakan dan bacaannya juga malas untuk diperbaiki. Kasian aja bagi orang yang dengan enteng, seenteng kapas untuk meninggalkan shalat. Bahaya tuh kalau ngga tahu ilmunya, tau deh kalau udah pada tahu ilmunya, kayanya masjid-masjid penuh sesak.

Dalam suatu hadits dikatakan: Rasulullah saw. bersabda” Barang siapa meninggalkan sholat hingga lewat waktunya, lalu ia mengqadhanya, maka ia akan disiksa di neraka selama satu huqub. Satu huqup sama dengan delapan puluh tahun dan satu tahun terdiri dari 360 hari, dan ukuran sehari (di akhirat) adalah seribu tahun (di dunia) (dari hitungan ini satu huqup sama dengan 28.800.000 tahun.” (Majaalisil-abraar)

Dari segi bahasa, huqub artinya waktu yang sangat panjang. Tetapi menurut kebanyakan hadits, huqub artinya masa di atas delapan puluh tahun. Demikian perhitungan yang di tulis dalam Durrul-Mantsur berdasarkan beberapa riwayat. Ali r.a. pernah bertanya kepada Hilal Hijri rah.a., “Berapa lamakah satu huqub itu?”Hilal Hijri rah.. menjawab, “satu huqub adalah delapan puluh tahun, dan setahun itu dua belas bulan, dan setiap bulannya terdiri dari tiga puluh hari, dan setiap harinya sama dengan seribu tahun.”

Abdullah bin Mas’ud r.a meriwayatkan dengan shahih bahwa satu huqub adalah delapan puluh tahun. Dari Abu Hurairah r.a., Rasulullah saw bersabda, “satu huqup adalah delapan puluh tahun, dan satu tahun terdiri dari 360 hari, dan satu hari di akhirat sama dengan seribu tahun perhitungan di dunia ini.” Juga diriwayatkan oleh Abdullah bin Uma r.huma, ia berkata, “Hendaknya seseorang tidak merasa tenang bahwa sengan adanya iman, suatu saat psti keluar dari neraka. Memang, setelh di bakar 28.800.000 tahun ia akan keluar, dengan catatan, tidak ada hal lain yang membuatnya tinggal lebih lama di neraka. Masih banyak lagi tentang riwayat satu huqub tesebut. Mungkin bergantung pada keadaan orangnya, bisa berkurang atau bertambah.”

Dalam Qurratul-’Uyuun, Abu Laits Samarqandi rah.a menyebutkan sebuh hadits Nabi saw. bahwa barang siapa sengaja meninggalkan sholat fardhu, walaupun hanya satu sholat, maka akan tertulis namanya di pintu neraka yang harus ia masuki. Dari Ibnu Abbas r.huma, Rasulullah pernah berdo’a, “Ya Allah, jangan jadikan salah seorang di antara kami termasuk dalam golongan orang-orang yang sengsara dan celaka.” Lalu beliau bertanya, “Tahukah kamu, siapakah orang yang sengsara dan celaka itu?” Jawab para sahabat r.hum, “Engkau lebih tahu Yaa Rasulullah.” sabda beliau,” orang yang sengsara ialah orang yang meninggalkan sholatnya. Di dalam Islam, mereka tidak akan mendapatkan apa pun.”

Disebutkan dalam hadits yang lain, “Barang siapa meninggalkan sholat tanpa alasan syar’i, maka pada Hari kiamat Allah tidak akan mempedulikannya, bahkan Allah akan menyiksanya dengan adzab yang sangat pedih.”

Hadits lainnya juga menyebutkan.” Ada sepuluh orang yang akan di siksa sangat keras, di antaranya adalah orang yang meninggalkn sholat. Tangan mereka akan di belenggu, mulut mereka dikunci, dan para malaikat terus-menerus memukuli mereka dari depan dan dari belakang. Surga berkata kepada mereka, ‘ Kamu tidak memiliki hubungan apapun denganku. Aku bukan untuk orang sepertimu dan kamu bukan untukku.’ Jahannam berkata, ‘ Mari, kemari, mendekatlah kepadaku, kamu untukku, dan aku untukmu.’ Dalam hadits lain diriwayatkanbahwa di nerak terdapat suatu lembah yang bernama Lam-lam. Didalamnya ada seekor ular yang sangat besar, sebesar leher unta, dan panjangnya seperti sebulan perjalanan. Ular itu diciptakan untuk menyiksa orang-orang yang meninggalkan sholat. Hadits lain menyebutkan bahwa di neraka ada sebuah lembah bernama ,Jubbul-Hazan di dalamnya ada rumah-rumah kalajengking. Seekor kalajengking lebih besar daripada keledai. Dan kalajengking itu di ciptakan untuk menyiksa orang-orang yang meninggalkan sholat. Memang, Allah swt. dengan mudah akan mengampuni dosa hamba-nya, tetapi siapakah yang dapat menjamin bahwa Allah swt. akan mengampuni kita??

Di dalam Az-Zawajir, Inbu Hajar rah.a menulis, ” Seorang wanita meninggal dunia, lalu saudara lak-lakinya ikut dalam pengebumiannya. Ketika penguburan, dompetnya terjatuh dan masuk ke dalam liang kubur. Saat itu ia tidak memperhatikannya, tetapi kemudian ia teringat. Diam-diam, ia pergi ke kubur saudara perempuannya itu untuk mengambil dompetnya. Baru saja kubur itu di buka, terlihat kobaran api memenuhi kubur itu. Lalu ia mengadukan kepada ibunya sambil menangis dan meminta penjelasan mengenai kejadian tersebut, “Mengapa hal itu terjadi?” Jawab ibunya, “Saudara perempuanmu selalu malas mengerjakan sholat dan selalu mengqadha sholatnya.” Semoga Allah swt. menjaga kita dari perbuatan tersebut. Amiiiin.

Wallahu a’lam

Memberikan waktu terbaik kita untuk Allah..

Memberikan waktu terbaik kita untuk Allah..

Quantcast

//
Tidak mudah loh menerapkan hal ini. Makanya, mintalah bantuan, bimbingan, dan pertolongan Allah, agar bisa memberikan kepada Allah, waktu terbaik untuk-Nya. Jadilah orang yang berbahagia, di mana ketika orang sedang sibuk-sibuknya, kita bisa memotong menghadiahkan waktu yang berharga yang kita miliki, buat Allah. Bukankah sejatinya semua punya Allah? Berikut ini kira-kira waktu terbaik kita:

Waktu istirahat kita di pertengahan malam, di dua pertiga malam, dan atau di sepertiga malam. Untuk bangun malam. Untuk ruku’ dan sujud, memuji Allah dan memohon pertolongan-Nya. Memohon bimbingan-Nya agar kita tidak kelelahan dalam menjalani hidup ini. Agar kita menjadi anak-anak yang saleh salehah. Agar orang-orang tua kita panjang umur, sehat dan diampuni Allah. Dan masih banyak lagi lah. Wuah, ini berat. Tidak sedikit yang tidak mampu mengorbankan waktu tidurnya. Karena lelahnya mencari dunia, kita lalu tidak bisa bangun malam. Atau karena banyaknya dunia yang di tangan kita, kita lalu berat untuk bangun malam. Suasana pun barangkali sedang nyaman, tidak sedang bermasalah.

Waktu pagi. Ketika manusia langsung ngebut dengan pekerjaannya, dengan usahanya, dengan kesibukannya, kita korbankan dulu barang sedikit untuk menegakkan shalat dhuha. Dan sebelumnya, ketika manusia langsung berburu dunia, kita malah tahan dulu barang sebentar untuk menegakkan shalat shubuh. Subhaanallaah. Kalau bisa shalat shubuhnya di masjid. Masya Allah.

Jam dzuhur. Jam sibuk-sibuknya. Traffic lagi tinggi-tingginya. Ketika tugas lagi banyak-banyaknya, kita ridho meninggalkannya demi Yang Memiliki diri kita dengan seluruh pemberian-Nya. Ga usah khawatir degan berkurangnya jam kerja kita. Lihat saja Mekkah dan madinah. Ketika jam shalat, mereka tutup. Akhirnya apa? Allah malah memberikan international buyer, pembeli internasional. Bukan sekedar local buyer.

Jam ashar. Jam ngantuk. Kita segarkan diri kita, dengan air wudhu. Kita segarkan batin kita, jiwa kita, raga kita, dengan shalat ashar. Sungguh banyak kemuliaan bacaan-bacaan habis ashar. Jam asistensi dan deadline. Banyak mahasiswa yang terjebak dalam kesibukannya mengejar deadline dan asistensi. Akhirnya sholat ashar malah diulu-ulur sampai pada detik penghabisan. Seharusnya kita rela untuk memberikan waktu terbaik kita untuk Allah yang punya kuasa atas segalanya. Toh, di ACC atau tidaknya laporan kita juga atas kehendak-Nya. Cobalah untuk istirahat sejenak dalam sholat kita, minta tolong kepada Allah agar dipermudah urusannya, lalu kembalilah untuk mengerjakan tugas-tugas kita.  Repot memang. Tapi insya Allah yang begini ini yang kelak akan Allah istimewakan. Manusia mau lelah, mau cape. Tapi kali ini cape dan lelahnya, buat Allah. Bukan seperti selama ini yang untuk dunianya, untuk nilainya, untuk perutnya, untuk keseombongannya, untuk hawa nafsunya.

*Buletin AL-Haq ; isi ceramah Ust Yusuf Mansyur

Kata-kata yang Dapat Menyayat Hati Kita

Kata-kata yang Dapat Menyayat Hati Kita

Jika lisan adalah dua mata pisau, maka pergunakanlah lisan dengan sebaik-baiknya.

Lidah memang diciptakan oleh Allah Ta’ala tidak bertulang, agar manusia dapat berucap dengan sempurna. Akan tetapi sering sekali orang bilang “lidah memang tidak bertulang, wajar saja jika berbohong” Jika memang seperti itu adanya, bagaimana jika Allah Ta’ala menciptakan lidah dengan bertulang agar manusia tidak lagi berdusta?

Lisan merupakan karunia yang sangat ‘mahal’ dan vital bagi manusia. Tanpa lisan, barangkali hidup bagi manusia tiada artinya. Dengan lisan, manusia dapat mengenal rasa dan dapat berbicara dengan sesama. Dengan lisan pula manusia dapat berkomunikasi tanpa mengalami kesusahan.

Selain itu, manusia bisa juga mulia dengan lisannya tersebut. Begitupun sebaliknya, manusia bisa hina karena lisannya. Hina, karena tidak bisa menggunakannya sesuai kehendak dan aturan-aturan yang ditetapkan penciptanya.

Banyak sekali hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. yang menganjurkan kita untuk selalu menjaga lisan. Bahkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallamj uga sering mengecam orang yang tidak pandai menjaga lisannya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah berpesan: ”Barang siapa yang diam (tidak banyak bicara) maka dia akan selamat” (H.R. At-Tarmizi).

Dalam hadits lain disebutkan, Al-Ma’shum Saw. juga pernah berwasiat: “Barang siapa yang bisa menjamin (keselamatan) antara dua rahangnya (lisan) dan dua kakinya (faraj) maka aku menjamin baginya surga” (H.R. Bukhari).

Lisan ibarat pisau bermata dua, bila digunakan pada hal-hal yang baik maka akan mendatangkan kemaslahatan (kebaikan). Namun sebaliknya, bila digunakan pada hal-hal yang buruk, kemudhratan pun akan mengiringinya.

Tidak hanya penyakit hati yang dapat menjangkit pada manusia, namun penyakit lisan pun dapat menjangkit pada manusia. Berikut diantaranya penyakit lisan yang harus dihindari:

1. Pembicaraan yang tidak Bermanfaat
“Salah satu tanda kesempurnaan Islam seseorang adalah meninggalkan yang tidak bermanfaat baginya” (H.R. At-Tarmizi).

Yang dimaksud dengan “tidak bermanfaat” dalam hadits tersebut antara lain, muncul melalui lisan seperti ghibah, fitnah, menggunjing, berbohong dll. Padahal, pembicaraan yang tidak berarti sama sekali hanya membuang-buang waktu, dan kelak akan dimintai pertanggungjawabannya di hadapan Allah Ta’ala.

Banyak orang yang tidak mengetahui batasan-batasan perkataan yang bermanfaat ataupun tidak bermanfaat, sehingga mengakibatkan kebiasaan baginya. Pada akhirnya nanti, kebiasaan yang tidak diketahui baik-buruknya itu sulit untuk merubahnya.

Secara singkat mungkin bisa kita katakan bahwa batasan baik atau buruknya perkataan seorang adalah diamnya, tidak mengakibatkan celaka bagi orang lain dan tidak mengakibatkan rugi terhadap dirinya sendiri.

2. Perdebatan dan Pertengkaran
Perdebatan dan pertengkaran acapkali berbuntut pada perpecahan. Makanya, Rasulullah Saw. melarang umatnya yang suka perdebatan seraya bertutur:

“Tidaklah sesat suatu kaum (dahulu) setelah Allah menunjuki mereka, kecuali karena mereka suka berdebat atau bertengkar” (H.T. At-Tarmizi).

Dalam sabdanya yang lain, yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah: “Tidak sempurna iman seorang hamba hingga dia meninggalkan pertikaian dan perdebatan walaupun dia dalam posisi benar” (H.R. Ibnu Abi ad-Dunya).

3. Suka Melaknat
Marah sering kali membawa seseorang lupa diri, sehingga kata-kata yang terucap dari kedua bibirnya mengakibatkan tidak terkendali.

4. Bercanda yang Berlebihan
Sejatinya canda itu lebih identik dilarang oleh Raulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kecuali pada hal-hal yang sewajarnya.
Sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam : “Jangan kamu mendebat saudaramu dan jangan kamu mencandainya” (H.R. At-Tarmizi).

Artinya, canda terhadap sesama selama dalam batas-batas yang wajar tidaklah dilarang. Akan tetapi, yang sering terjadi ketika canda sudah melebihi batas, sehingga aib sesama tidak jarang terbongkar gara-gara canda yang berlebihan. Imbasnya, berbuntut pada putusnya hubungan silaturahmi bahkan teman bisa menjadi lawan hanya karena canda yang berlebihan.

5. Mengejek dan Mencemoohkan orang lain
Allah SWT. berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olokkan kaum yang lain (karena) boleh jadi orang (yang diolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olokkan), dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olokkan) wanita-wanita lain, karena boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olokkan). (Q.S. Al-Hujurat: 11).

6.Ghibah (gosip)
Secara singkat, ghibah (gosip) bisa diartikan dengan menyebut atau menceritakan hal yang tidak baik dari pribadi seseorang. Sehingga, jika yang diceritakan mengetahuinya akan mnimbulkan permusuhan diantara keduanya. Biasanya, sesorang yang suka mengghibah tidak akan tenang jika melihat orang bahagia, senang dan gembira.

7.Namimah (mengadu domba)
Berbeda dengan namimah (adu domba), ghibah lebih kepada ingin melaga antara dua orang yang awalnya bersahabat akhirnya bermusuhan. Adu domba tidak saja dari perkataan, namun bisa juga dengan isyarat atau surat dsb.

Sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.”Tidakkah kamu ingin aku beritahukan orang yang paling jahat diantara kamu? Kata sahabat: “tentu wahai Rasulullah” kemudian nabi menyebutkan adu domba salah satunya.” (HR. Ahmad dari Abu Malik al-Asy’ari)

8.Memuji berlebihan
Adalah sifat manusia ingin selalu dipuji. Namun, terkadang yang memuji terlalu berlebihan sehingga sampai pada batas dusta. Pernah seorang sahabat memuji sahabat yang lain (dengan berlebihan), lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. mendengarnya seraya berkata ”Celakalah engkau, karena engkau (seolah-olah) telah memotong leher saudaramu, sekalipun dia senang mendengar apa yang kau ceritakan.”

Jika lisan adalah dua mata pisau, maka pergunakanlah lisan dengan sebaik-baiknya jangan sampai ada hati yang tersayat oleh ucapan kita, jangan sampai ada hati yang terluka karena perkataan kita.
Semoga Bermanfaat.

Shared By Catatan Catatan Islami Pages

Indahnya Zuhud

Indahnya Zuhud

By: agussyafii

Ada sebuah pertanyaan yang menarik dari seorang teman, ‘Mas Agus, amalan apa yang bagus buat saya agar dicintai Allah dan dicintai manusia?’ Kemudian saya mengatakan padanya, Sahl bin Sa’d berkata, telah datang seorang laki-laki pada Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi wa Salam kemudian berkata, ‘Ya Rasulullah, tunjukkan padaku satu amal yang bila kuamalkan niscaya Allah mencintaiku dan manusia juga mencintaiku. ‘ Maka Nabi bersabda, ‘Berzuhudlah dari dunia niscaya Allah mencintaimu. Berzuhudlah dari apa yang ada ditangan manusia niscaya manusia mencintaimu. ‘ (HR. Ibnu Majah).

Zuhud adalah hati yang selalu merasa ridho sekalipun usahanya gagal. Imam Ghozali menyebutkan ada tiga tanda-tanda orang yang zuhud. Pertama, tidak gembiran dengan apa yang ada dan tidak bersedih karena kehilangan. Kedua, sama saja baginya dipuji atau dicaci.  Ketiga, Senantiasa bersama Allah dan hatinya menikmati kelezatan cintanya kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Alangkah indahnya bila kita sebagai seorang Muslim mampu bersikap zuhud. Kemampuan mengatur hati agar senantiasa ridho atau ikhlas menerima apapun dalam hidup ini sekalipun usahanya gagal tetapi tidak kehilangan semangat terus berusaha untuk meraih kesuksesan. Kesuksesan yang hakiki dunia dan akherat. Sebagaimana Firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akherat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari kenikmatan duniawi, sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. (Q.S. Al Qashash 28 :77)

Zuhud adalah hati yang selalu merasa ridho sekalipun usahanya gagal.

Ayat ini menjelaskan kepada kita bahwa  Allah memerintahkan agar kita menggunakan segala kenikmatan yang diberikan-Nya untuk mendapatkan kebahagiaan hidup di akherat. Namun Allah swt. menegaskan bahwa kehidupan dunia juga tidak boleh kita lupakan. Dari ayat ini kita bisa simpulkan bahwa orang zuhud sangat mengutamakan kehidupan akherat, namun kita tidak meninggalkan kehidupan duniawi, sehingga terjadi keseimbangan antara kebahagiaan dunia dan akherat. Itulah indahnya Zuhud.

AMALAN PENGHAPUS DOSA DAN HAMBA PALING MUFLIS

Bismillah, Walhamdulillah Wassalatu Wassalamu `Ala Rasulillah, Wa’ala
Aalihie Wasahbihie Waman Walaah.

Assalamualaikum…
syukur,salam tarbiyah,salam sayang..salam perjuangan..Apa khabar iman sahabat-sahabat sekalian? Apa khabar rohani anda hari
ini? Apa khabar jiwa rakan-rakan sekalian?

Sayanglah kiranya hati ini sunyi sepi ibarat tanah yang gersang tanpa setitis airmata, tandus tanpa dibajai dengan zikrullah & rosak tanpa kunjungan Rahmat Allah.. Ditambah pula akaun dosa yang semakin bertambah dan menggunung tinggi.

Alhamdulillah, syukran ya Rabb.. harini ana berkesempatan menghadiri kuliah maghrib yg disampai oleh Ustaz. Didalam kuliahnya ustaz ada menceritakan mengenai suatu kisah seorang hamba Allah dihari penghitungan amal, telah membawa amalan solehnya untuk ditimbang (amalan solat sunat,fardhu, sedekah,zakat, dll) telah dilhat oleh Allah s.w.t..

Namun seorang demi seorang dari hari penghitungan amal itu menuntut hak-hak mereka dari hamba Allah yg soleh ini. Tanpa disedari akibat dari mengumpat,fitnah, ghibah dll telah menyebabkan kesemua amalan baik hamba Allah ini kehabisan diberikan kepada orang yang menuntut hak mereka.

Baca lebih lanjut

Dilarang berkata : ”Allah Tidak Akan Mengampunimu”

Dilarang berkata : ”Allah Tidak Akan Mengampunimu”

oleh Haris Dianto Darwindra

Tugas seorang muslim adalah menganjurkan perbuatan ma’ruf dan mencegah dari perbuatan mungkar. Demikianlah Allah gambarkan ciri kaum muslimin. Bahkan ciri ini telah menyebabkan Allah memberikan sebutan begitu istimewa kepada ummat Islam. Allah menamakan ummat Islam sebagai Ummat Terbaik yang disajikan untuk segenap ummat
manusia.

كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَبِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِوَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ
”Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma`ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.” (QS Ali Imran ayat 110)

Aktifitas amar ma’ruf dan nahi mungkar merupakan bagian integral  dari kegiatan menyeru manusia ke jalan Allah atau Da’wah Islamiyyah. Kegiatan ini menuntut hadirnya kegairahan dan emosi positif pada diri pelakunya. Tanpa adanya kegairahan maka seorang muslim tidak akan mau meluruskan penyimpangan saudaranya. Tanpa gairah mana mungkin
seseorang akan tergerak untuk menyadarkan orang lain agar meninggalkan perbuatan mungkar yang biasa dia erjakan. Tanpa gairah mana mungkin seseorang akan punya motivasi untuk mendorong saudaranya mengerjakan perbuatan ma’ruf sesuai anjuran Islam. Namun perlu diingat bahwa bilamana emosi yang melandasi suatu tindakan da’wah bukanlah emosi positif namun sebaliknya malah emosi negatif, maka kegiatan yang asalnya merupakan suatu kebaikan bisa mendatangkan bencana. Bahkan bencana bagi pelaku da’wah itu sendiri.

Baca lebih lanjut